Diposkan pada Ibu Profesional Bunda Sayang

Fitrah Seksualitas Anak : Day 7 – Tarbiyah Jinsiyah pada Anak

Bismillahirrahmanirrahim.
Kali ini giliran saya dan mba Pipit mendapatkan tugas dalam kelas #BundaSayangIIPJakarta berkaitan dengan tantangan level 11. Tantangan level 11 ini adalah mempresentasikan sebuah materi yang berkaitan dengan tema “pentingkah membangkitkan fitrah seksualitas anak?”.

Maka, berkaitan dengan tema ini kami sepakat membawakan materi tentang tarbiyah jinsiyah pada anak (pendidikan seksual pada anak).

image

Kurang lebih demikian yang kami presentasikan :

🍁Tarbiyah Jinsiyah pada anak (pengaruh LGBT dan seks bebas)🍁

– informasi terbaru saat ini rata-rata anak sudah terpapar pornografi dari usia 6 tahun.

– sudah menjadi fitrah, sejak saat bayi, anak suka pegang-pegang alat kelamin. Maka kita sebagai orang tua tidak boleh menambah bermain-main dengan anak kelamin anak.

– saat anak SERING merangsang alat kelaminnya maka akan cepat baliseks- dari tahun 2006, usia 13-16 tahun , sebesar 60% anak sudah KECANDUAN pornografi. Bukan cuma khilaf. Sudah taraf kecanduan.
Data yang pernah berciuman, masturbasi dan oral sex sudah 93,7% anak, di tahun 2006 (ingat, ini masih data 7 tahun lalu, bagaimana dengan saat ini?)

➡ciri-ciri anak yang sudah kecanduan pornografi (data ibu Elly Risman) :
1. Suka menyendiri
2. Bicara tidak melihat mata lawan bicara
3. Prestasi di sekolah menurun
4. Suka bicara jorok
5. Berperilaku jorok (menarik tali bra, menyenggol dgn sengaja bagian tubuh tertentu, dll)
6. Suka berkhayal ttg pornografi
7. Banyak minum dan banyak pipis.
8. Suka menonton, bila dihentikan akan mengamuk (tantrum)
image

image

image

image

image

➡PANDANGAN ISLAM

🔴Islam adalah agama yang sesuai dengan fithrah manusia.

🔴 Islam memberikan panduan dalam setiap prilaku & perbuatan, ada yang bersifat petunjuk (preventif), kuratif ataupun yang bersifat rehabilitatif.

🔴Islam memandang persoalan perilaku manusia adalah integralistik, bukan saja merupakan tanggung jawab suatu disiplin ilmu tertentu atau dalil tertentu, melainkan suatu
proses rekayasa sosial yang lebih luas.

➡Tarbiyah Jinsiyah VS Sex education versi Barat
📝Pendidikan seks pola Islam mengacu kepada pendidikan akhlak & adab yang berlandaskan kepada keimanan dan syariat/ aturan yang berasal dari Allah SWT.

📝Sex Education versi Barat hanya mengajarkan “seksualitas yang sehat” meliputi: seks secara anatomis, fisiologis dan psikologis saja. Misal, cara mencegah kehamilan, tidak aborsi dsb.

image

➡ kenapa penting Tarbiyah Jinsiyah (sex education)?
– karena biasanya orang tabu, memberikan penjelasan tentang seks pakai bahasa kiasan. Padahal penjelasan tentang seks harus tegas. Memberikan informasi tentang kemaluan harus jelas. Jangan diberikan Kata burung, Mimi, atau lainnya. Bisa langsung bilang saja penis atau Farji.

– tidak ada kurikulum di sekolah

– umumnya seks orang tahunya hanya sekedar hubungan suami istri. Padahal pendidikannya tidak hanya itu aja.

image

➡Hambatan saat ini :
– anak banyak ingin tahu, hormon dan media yang makin berkembang. 
– sedangkan di sekolah tidak ada kurikulum tentang pendidikan seksual, tabu untuk dibicarakan dan budaya yang sering menutupi.

Pada akhirnya anak bertanya teman, semakin penasaran maka mereka mencoba, dan semakin banyak yg berzina.

image

➡Maka, PENANGANAN nya :
1. Ketahanan keluarga
2. Penegakan hukum ➡ perlu lebih berat dan tegas untuk setiap penyimpangan seks.

➡KORBAN PERILAKU SEKS MENYIMPANG JIKA TIDAK DIREHABILITASI MAKA AKAN JADI PELAKU

➡Tarbiyah Jinsiyah dalam konsep Islam adalah upaya mendidik hawa nafsu. Hawa nafsu itu tidak bisa dimatikan, tapi perlu diarahkan. Dan satu-satunya cara untuk mengarahkan hawa nafsu itu hanya dengan MENIKAH.

➡Dan sebelum menikah itu harus dididik AKHLAK dan ADAB, maka ada di Al Quran untuk menundukkan pandangan (Qs. AnNur : 30)

Sedangkan jika pendidikan seks versi barat hanya mengajarkan seks secara anatomis, fisiologis dan psikologis, misalnya cara mencegah kehamilan, tidak aborsi dll. Jadi dalam barat tidak apa-apa melakukan perzinahan, asal tidak hamil.

➡ Nafsu syahwat ada 2 :
A. Nafsu yang dirahmati Allah ➡ dengan cara pernikahan
B. Nafsu yang tidak dirahmati Allah ➡ berkembang dengan liar dan menjerumuskan manusia ke jurang kejahatan seperti perampokan, perzinahan dan pemerkosaan.

➡ Faktor yang membawa pengaruh dalam pendidikan :
1. Keluarga/orang tua
2. Lingkungan
3. Media
4. Doa

➡KELUARGA adalah hal penting pertama dalam mendidik anak. Jangan sampai salah mendidik. Misalnya terlalu keras kepada anak, anak banyak di Bully, maka bisa jadi terjadi penyimpangan seksual.

Ustadz Budi Ashari, Lc dalam sebuah kajian di tahun 2014 menyatakan bahwa masalah besar jika pendidikan seksual yang diberikan justru membangkitkan syahwat dan mengeruhkan otak para pelajarnya. Dr. Adnan Baharits termasuk orang yang tidak setuju dengan pelajaran Biologi mengenai alat reproduksi untuk para pemuda (setingkat SMP-SMA). Menurutnya, hal itu justru membangkitkan syahwat yang tidak perlu. Pendidikan seksual adalah lahan subur bagi pengikut syahwat untuk menebarkan kebatilan, penyimpangan moral, dan pemikiran sesat mereka dengan dalil ilmiah. Salah satu contoh kesesatan dalam pendidikan seksual adalah anak boleh melihat aurat orangtuanya.

➡Pengaruh Luar Rumah
Orang tua zaman sekarang betul-betul sangat berat untuk mendidik anak-anaknya, karena anak-anak dapat dengan mudah memperoleh informasi yang kebanyakan tidak baik dan bahkan menyesatkan dari luar lingkungan keluarga. Arus Ghowzul Fikr telah begitu dahsyatnya meracuni pemikiran ummat Islam terutama anak-anak kita. 
Oleh karena itu mulailah dari keluarga, beri penjelasan kepada anak-anak, mudah-mudahan mereka punya daya kebal terhadap pengaruh buruk dari banyaknya informasi yang mencelakakan.

Yang tak kalah penting diingat oleh orangtua, menurut Ustadz Budi Ashari, Lc, ada tiga pembahasan utama dalam pendidikan seksual yakni:
1. Berketurunan
2. Bersuci
3. Menutup aurat

🍁🍁🍁

Ustadzah Herlina Amran memberikan beberapa langkah yang bisa dilakukan orangtua terkait menanamkan Tarbiyah Jinsiyah untuk anak-anaknya:
image

1⃣ Mulailah dari Berpakaian & Menjaga Pandangan (Gadhul Bashar)

Ketika anak-anak masih belum baligh, kita bisa mengajari anak-anak perempuan untuk memakai pakaian yang menutup aurat dan berjilbab. Secara anatomis, bagian tubuh wanita sangat menarik nafsu seks lawan jenisnya. Oleh karena itu Islam memberikan solusi dua arah, yaitu :
1. Bagaimana laki-laki menjaga pandangan
2. Dan bagi perempuan bagaimana menutup auratnya

image

2⃣ Pisahkan Tempat Tidurnya

Anak yang telah mencapai usia 10 tahun jangan dibiarkan tidur bersama saudaranya yang sejenis dalam satu selimut tanpa memakai pakaian.

image

3⃣ Ajarkan Meminta Izin Masuk ke Kamar Orangtua

Sebagaimana disebutkan dalam QS AnNuur: 58, orangtua hendaklah mengajarkan anak-anaknya untuk meminta izin masuk kamar orangtua pada 3 waktu utama (sebelum shubuh, pada tengah hari dan setelah isya). 
Selain itu, orang tua hendaklah menjaga dari pandangan anak pada waktu berganti pakaian. 

image

4⃣ Menanamkan Jiwa Maskulin kepada Laki-laki dan Jiwa Feminin kepada Perempuan

Rasulullah sangat membenci laki-laki yang berpakaian perempuan atau sebaliknya. Menurut penelitian, kelainan-kelainan syahwat tidak ada yang dimulai dari lahir. Kelainan syahwat bermula dari lingkungan. Jadi kelaki-lakian itu harus ditumbuhkan sejak dalam keluarga. Jangan laki-laki diberikan mainan perempuan atau sebaliknya.

image

5⃣ Kenalkan Konsep “Mahram” & “NonMahram”

Batasan mana yang mahram dan bukan mahram jarang diajarkan dalam keluarga. Kadang anak sangat akrab dengan sepupunya, padahal dalam Islam, sepupu itu nonmahram (mereka boleh menikah).
image

6⃣ Mengajarkan Fiqh Thaharah sejak Dini

Bagian dari Tarbiyah Jinsiyah adalah pemeliharaan anggota-anggota tubuh manusia. Dalam kitab fiqh ada bagian thaharah yang merupakan kewajiban orang tua untuk mensosialisasikan kepada anak-anaknya bagaimana menjaga kebersihan kelamin untuk kepentingan thaharah, macam-macam najis, dan bagaimana tata cara berwudlu yang benar.

image

7⃣ Jelaskan Proses Kejadian Manusia

Dari nuftah, alaqah, mudhghah (Morulla, Blastrulla, Gastrulla; tentang prosess kejadian manusia salah satunya ada di QS Al Hajj:5) dan seterusnya.

8⃣ Dampingi Anak

Satu hal yang tidak boleh kita lupakan ketika mentarbiyyah anak kita adalah menemani mereka saat menonton tayangan TV, internet dll. Suka atau tidak suka saat ini, TV dan media lain telah lebih dahsyat merusak akhlak anak-anak kita. Alangkah bijaknya bila orang tua bisa memilah apa yang ditonton anak atau bila perlu menggantinya dengan tontonan Islami yang akan memberikan pengaruh positif pada anak.

9⃣ Mengajarkan Puasa Sunnah

Sebagaimana perkataan Rasulullah, puasa itu akan mempersempit jalannya syaitan, dan lebih bisa menahan gejolak nafsu syahwat.

image

🔟 Mengenalkan Sanksi Zina

Sanksi zina dalam Islam sangat berat. Orangtualah yang menjadi penanggung jawab utama terhadap dosa perzinaan anak-anaknya. Sudahkah anak dididik untuk tidak berzina?

image

📖 Referensi 📖
✔Seminar Tarbiyah Jinsiyah pada Anak oleh Ustadzah Herlini Amran pada tanggal 13 September 2017, di Munjul Cipayung Jakarta Timur

✔Herlina Amran, MA. Tarbiyah Jinsiyah dalam Keluarga Muslim. http://pustaka.islamnet.web.id/Bahtsul_Masaail/

✔Kajian Guru Kuttab Al Fatih Depok (26 November 2014). Tarbiyah Jinsiyah. http://rabbanifamily.tumblr.com/post/115612352121/

sesi tanya jawab

1. mba Leila

Slide terakhir yang 15 slide itu, maksudnya yang terkait interaksi secara jasmani, ya? Kalau peran keayahan, bagaimana menjadi suami yang mengayomi gitu, apakah perlu ditunda juga? ini mengingatkan saya pada pendapat teman yang tidak mau menyiapkan anaknya terkait mimpi basah dst, padahal dia dokter, dengan alasan nanti malah mempercepat puber. Berbeda dengan materi bu Elly Risman yang justru mengajarkan perbedaan mani, wadi, madzi dengan cairan yang mirip konsistensinya (lem dkk). Ternyata memang ada pakar lain yang berpendapat demikian ya, bahwa pengenalan justru bisa berdampak negatif. Trus kalimat terakhirnya, ini aurat maksudnya aurat dalam tanda kutip, ya? Misal sehari-hari pakai celana pendek kelihatan paha, gitu, itu aurat juga kan ya sebetulnya?
image

Jawaban:
1. Jadi maksud slide 15 ini lebih kepada pembelajaran mengenai hubungan suami istri. Umumnya yang kita pelajari selama ini masalah pendidikan seks itu sudah diajarkan di bangku SMP- SMA. 

Bahasanya pun langsung vulgar. Bahkan ada yg diajarkan langsung bagaimana tata caranya.

Nah, dalam Islam, mau belajar demikian harus memang sudah matang dan sudah siap menikah. Jangan diajarkan saat remaja

Kalau mengenai karakter agar menjadi suami yang mengayomi atau istri yang Sholihah, perlu dididik karakternya sejak kecil. Sangat perlu peran orang tua dalam membentuknya. Jangan sampai anak kehilangan figur ayah dan ibu.
Iya mba. Jadi kalo Bu Elly Risman masih cukup banyak memakai cara pendidikan seks barat.

Dalam Islam, pengenalan mani madzi tidak perlu langsung di perhatikan demikian. 
Jika anak sudah masuk usia tamyiz (mampu membedakan baik dan benar), mereka sudah dapat di ajak diskusi secara logika. 
Nanti yg perlu menjalankannya adalah orang tua masing2. Jika anak laki, dikenalkan utk masalah baligh ini oleh ayahnya. 

Misalnya, bisa diberitahu, “Abang, kalo nanti tahu-tahu Abang ngompol, tapi airnya bukan air pipis, namun lebih kental seperti lem, Abang kasih tau ayah ya. Karena tandanya Abang sudah baligh”
Atau kepada anak perempuan, pendekatan kepada ibunya yg melakukan. Dijelaskan saja apa itu haid,seperti apa awalnya. 

2. tentang yg aurat. Iya benar mba. Aurat orangtuanya. Misalnya walau dengan anak sendiri, orang tua jangan membuka aurat utamanya. Misal ibunya berpakaian diatas lutut, atau pakaian you can see, apalagi kalau anaknya laki.

 Mba Fita

1. KIta tidak bisa benar2 mencegah anak dari paparan pornografi, krn tdk 24 jam bersama anak dan faktor lainnya. Bagaimana jika anak terlanjur terpapar gambar2 porno tsb? apalagi saat di sekolah/bersama teman2nya
2. Etika kehidupan suami istri baru diajarkan saat benar2 akan menikah, kalau kita tidak tahu pasti kapan kita akan menikah sejak kapan mulai belajarnya? takutnya merasa terlambat/kurang belajar saat udah benar2 mau nikah

Jawaban: Utk pencegahan ini memang faktor penting orang tua dalam menjelaskan. Dari kecil anak sudah di jelaskan batasan aurat yg boleh dilihat mana yg tidak. Selain itu, pendidikan KEIMANAN dan ADAB juga sangat penting.

Jika anak sudah tau semua itu, ditambah iman dan adabnya kuat, maka jika lihat gambar porno pasti dia Tdk mau dan menutup mata.

➡utk pertanyaan kedua, seperti yg sudah dijawab dari pertanyaan mba Leila tadi ya

Mba Ela

Mba di poin ini seperti nya penekanan nya pd menemani saat menonton, pdhl justru kebanyakan anak2 di beri tontonan melalui gadget atw tv saat ortunya tdk bisa mendampingi. Wlwpun misalnya, konten tontonan itu sdh di pilih dan di pilah oleh ortu. Tdk menutup kemungkinan ada celah utk tontonan yg “buruk” terutama saat menonton youtube scr online misalnya. Ini gmn y mba?

Jawaban: Pertanyaan mba Ela jawabannya sama dengan pertanyaan mba Fita tadi mba. 
Jadi di awal, selesaikan dulu informasi aurat kepada anak. 
Dan mengenai tontonan memang baiknya sangat dikurangi. Baik itu tontonan TV atau HP/gadget lainnya. 
Karena pengaruhnya lebih banyak buruknya dibandingkan baiknya

Anak2 yg tidak terbiasa nonton tontonan yg bukan haknya (maksudnya melihat aurat yg bukan haknya), maka saat ia melihat, ia akan risih dan malu. Biasanya menutup mata dengan tangan. Nah, jika mereka dibiasakan bahwa tidak apa2 nonton demikian, lama kelamaan mereka juga akan terbiasa. Selanjutnya bisa tidak merasa bersalah atau aneh jika melihat demikian lagi. 

Oya, tambahan. Satu lagi yg penting. Selain di dampingi adalah dicarikan teman2 yg baik utk anak2 kita. Karena lingkungan terdekat sangat berpengaruh bagi anak.
Wallahu’alam bishshowwab

Demikian beberapa yang dapat kami presentasikan. Alhamdulillah respon peserta baik dan ada beberapa yang bertanya.

#Tantangan10Hari
#KuliahBunSayIIP
#FitrahSeksualitasAnak

Penulis:

Terus berusaha belajar dan berjuang tuk menjadi manusia yang lebih baik

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.